Jumat, 02 Agustus 2013

Membuat Sumpit Dari Barang Bekas

Jaman dahulu sumpit di Nusantara dibuat dari bambu atau dengan teknik yang lebih tinggi dibuat dari kayu yang dilubangi seperti yang masih dilakukan di Kalimantan. Secara pribadi, kami berpendapat teknologi sumpit tradisional yang advance di Nusantara dipraktekkan oleh Suku Dayak. Alasan pendapat kami adalah budaya penggunaan dan pembuatan sumpit tersebut masih eksis hingga saat ini.

Di era modern ini terutama di perkotaan tentu sulit mendapatkan ruas bambu yang cukup panjang dan lurus untuk dijadikan sumpit. Apalagi memiliki sumpit tradisional Kalimantan, akan memerlukan upaya ekstra bagi mereka yang tinggal di sisi lain Indonesia.

Hal ini tentu tidak perlu menghalangi upaya untuk mengembalikan eksistensi sumpit di Nusantara, terutama sebagai sebuah aktifitas olah raga. Bila mengacu peraturan IFA (International Fukiyado Association), ukuran atau kaliber sumpit dalam sebuah kompetisi adalah bebas, namun umumnya menggunakan kaliber 13 mm sementara panjang maksimal 120 cm. Berdasarkan pengalaman kami kaliber 15 mm cukup nyaman.

Hal menggembirakan lainnya adalah cukup mudah menemukan pipa berdiameter 10 - 15 mm di lingkungan perkotaan. Pipa aluminium, pipa pvc 1/2 inch, pipa bekas jemuran, pipa bekas lemari pakaian dan lain-lain. Dalam artikel kali ini kami akan sedikit berbagi mengenai pembuatan sumpit dari barang bekas :-)

Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mencari barang bekas untuk digunakan sebagai sumpit adalah diameter lubang (kaliber) pipa. Setelah menemukan diameter yang cocok, pastikan pipa tersebut lurus, cukup panjang dan permukaan dalam cukup licin. Perlu diketahui, disamping ketentuan IFA mengenai panjang maksimal sumpit untuk kompetisi, panjang sumpit tradisional suku Dayak kurang lebih sama dengan tinggi badan pemiliknya.

Untuk mengoptimalkan kinerja sumpit agar tidak terjadi kebocoran kompresi udara yang dihembuskan, sumpit dapat dipasang mouth piece atau mouth guard. Bagian ini berfungsi sebaga pelindung bibir agar tidak terkena ujung pipa yang mungkin cukup tajam dan membantu memusatkan tenaga hembusan udara dari bibir kedalam pipa sumpit.



 Jadi tidak ada kendala untuk memulai berlatih olah raga menyumpit bukan?


Salam

"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"




Minggu, 28 Juli 2013

Peringatan Sebelum Memulai Olah Raga Menyumpit

Olah raga menyumpit memberikan manfaat kesehatan dan kesenangan, namun demi keamanan dan kenyamanan perlu diperhatikan beberapa hal yang sangat penting berikut ini:

  1. Pasanglah target di tempat yang aman di mana orang tidak akan muncul secara kebetulan.
  2. Jarak pemain dengan target dimulai dari 5 meter, dan ditambah menurut kemajuan penguasaan teknik  Jarak standar kompetisi adalah 10m (11 yard). 
  3. Test ukuran dan bentuk panah dengan menjatuhkannya ke dalam pipa, dan pastikan dapan meluncur degan mulus melalui pipa (lulus tes). Pipa sepanjang 13 cm cukup nyaman untuk menguji anak panah / sumpit. 
  4. Penggunaan berulang-ulang dapat mengakibatkan perubahan bentuk anak panah / sumpit. Sering-seringlah menguji ukuran anak panah / sumpit melalui pipa. Gosok anak panah / sumpit dan kembalikan bentuknya menjadi bulat. Masukkan pipa kertas 5cm ke dalam pangkal anak panah / sumpit danbiarkan semalam.
  5. Jika dinding dalam pipa sumpit basah, anak panah / sumpit akan menempel. Bersihkan embun dari dinding dalam pipa dengan melewatkan kertas lembut menggunakan batang pembersih pipa setelah Anda menembak 5 atau 6 anak panah / sumpit.
  6. Jika Anda meniup pipa sumpit terlalu kuat, itu merupakan beban berat ke paru-paru dan dapat berbahaya. Khusus untuk orang-orang yang menderita asma, penyakit paru-paru, gangguan jantung, atau struktur yang lemah harus berkonsultasi dengan dokter terlebuh dahulu.
  7. Jika Anda merasa ada sesuatu yang salah dengan tubuh setelah meniup sumpit, berhentilah bermain.
  8. Waspadalah ketika membawa sumpitan olahraga di malam hari karena Anda mungkin
    diduga penjahat!
  9.  In Jepang berburu binatang dilarang oleh hukum. Anda tidak bisa menembak binatang
    atau burung dengan alat atau senjata apapun tanpa lisensi berburu
  10. Harap memainkan olah raga sumpitan sesuai dengan semangat Bushido dan
    sportivitas.
  11. Jangan meniup dengan cepat, karena buruk bagi kesehatan.
  12. Waspadai penggunaan berbuat nakal oleh anak-anak. Jauhkan alat di tempat yang aman. 
  13. Ukuran pipa aluminium seringkali sedikit berbeda. Jika membuat pipa sumpit sendiri, pastikan sesuai dengan ukuran anak panah / sumpit.
  14. Pelindung moncong dapat mencegah kerusakan laras sumpit. Ketika ujung laras itu
    tidak bulat lagi, pahatlah sisi dalam menggunakan pisau.
  15. DAlam kompetisi berhati-hati saat untuk mengambil anak panah / sumpit. Ambil secara bersama-sama setelah semua orang selesai meniup sumpit.
  16. Tempelkan selotip 5 mm X 5 mm di dalam pangkal anak panah / sumpit untuk mencegah terkelupasnya lapisan kertas
  17. Jangan menunjuk seseorang dengan pipa sumpit bahkan jika pipa tersebut tidak terisi. Jangan menembakkan anak panah / sumpit ke atas, anak panah / sumpit akan turun dan melukai seseorang.
International Fukiyado Association  http://www.sportsfukiya.net/l 
Hironori Higuchi 2-6-20 Jonaicho Nagaoka 940-0061 Japan 
Phone Fax:0258-34-2303E-mail: info@sportsfukiya.net



Salam


"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"

Sabtu, 27 Juli 2013

Peraturan IFA - Point Game

International Fukiyado Association sebagai badan yang menaungi olah raga menyumpit tingkat dunia telah membuat panduan dan aturan penilaian Point Game sebagai berikut:

  1.  Setengah diameter (jari-jari) lingkaran sasaran adalah 3, 6 dan 9 cm dengan poin 7, 5 dan 3 dari pusat lingkaran.
  2. Ketinggian pusat target adalah160 cm (5.2 feet). 
  3. Jalur penembakan adalah 10 meter (33 kaki atau 11 yard) dari target, baik untuk pria maupun wanita. 
  4. Pemain menembakkan 5 anak panah dalam satu putaran / ronde kompetisi. Satu kompetisi terdiri dari 6 putaran.
  5. Satu putaran adalah 3 menit, jika ia tidak bisa menembak 5 anak panah dalam 3 menit, poin di luar waktu tersebut tidak dihitung. Total waktu 6 putaran adalah 25 menit yang termasuk waktu pemeriksaan sasaran oleh penanda (marker).
  6. Setelah seluruh penembakan dalam satu putaran selesai, penanda (marker) memeriksa anak panah /  sumpit dan mencatat poin. Selanjutnya pemain dapat menarik anak panah lepas dari sasaran.
  7. Panjang pipa sumpit adalah 120 cm (47,2 inch) atau kurang. Kaliber pipa bebas.
    Pipa sumpit standar adalah kaliber 13 mm (0.51 inch). Panjang anah panah / sumpit standar adalah sekitar 21 cm (8,2 inch) dengan berat 0,8 gr. Aksesoris pipa sumpit dan semua jenis anak panah / sumpit diperbolehkan.
    Orang asing yang
    mengunjungi Jepang untuk bergabung dengan kompetisi dapat menggunakan pipa  sepanjang
    121.92 cm (48 inch). Berat pipa bebas, panjang dan berat panah bebas
  8. Ketika anak panah mengenai tepat di garis lingkaran, poin dihitung pada zona yang lebih besar (nilai lebih kecil)
  9. Ketika pemain meniup dan menjatuhkan anak panah / sumpit dan dapat mengambilnya dengan pipa sumpit dari dalam garis penembakan, dia bisa menyumpitkannya lagi. Hanya poin ke-dua yang dicatat.
    Jika dia tidak dapat mengambil anak panah / sumpit maka poin tersebut dihitung sebagai nol.
  10. Ketika total skor menjadi sama, pemain dengan skor tinggi lebih banyak ditunjuk sebagai peringkat yang lebih tinggi.
  11. 15 menit sebelum kompetisi berlangsung, pemain dapat mencoba untuk menembakkan tiga anak panah / sumpit.
  12. Masalah lain harus dibicarakan dan diselesaikan oleh operator, perwakilan dan pemain.
  13. Peraturan pertandingan lapangan ditulis dalam halaman lain.
  14. Pada saat kompetisi tidak diperbolehkan merokok.
  15. Ketika pemain meniup 6 anak panah di satu putaran, maka satu anak panah / sumpit dengan poin tertinggi dikeluarkan dari perhitungan.
  16. Ketinggian pusat target bagi pemain yang menyumpit dari kursi roda adalah 125 cm.
  17. Jika anak panah / sumpit yang terpental dari target, pemain dapat menembak sekali lagi.
  18. Ketika pemain menembakkan 2 kerucut anak panah / sumpit bersama-sama karena kitidaksengajaan, dianggap sebagai salah satu anak panah. Anak panah kawat dan bambu tidak diakui dalam kompetisi ini.
  19. Dalam kasus nilai seri, meniup 3 anak panah / sumpit digunakan untuk memutuskan kemenangan atau kekalahan
  20. Disarankan untuk memasang lingkaran kawat dengan dasar spons, dalam kompetisi resmi. 
 Sumber (http://www.echigo.ne.jp/~dhiguchi/5_e.html)
 
Salam


"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"

Jumat, 26 Juli 2013

Sumpit Sebagai Olah Raga

Tidak perlu dipungkiri, sumpit dikenal luas di Indonesia. Sumpit tercantum dalam sejarah maupun legenda yang ada di Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara, Bali, Sulawesi dan Jawa. Namun sayang, sumpit seperti sudah terlupakan dan terpinggirkan senasib dengan warisan budaya yang lain :-(  Sambil terus menggali informasi mengenai serba-serbi sumpit di Nusantara, kami akan mulai lebih fokus untuk mempromosikan sumpit sebagai olah raga, salah satunya dengan menginisiasi Indonesia Blowgun Community.


Saat ini di tingkat dunia sudah ada asosiasi yang menaungi olah raga menyumpit, dipelopori oleh orang Jepang sehingga asosiasi tersebut juga menggunakan bahasa jepang: International Fukiyado Association. Fukiya adalah bahasa Jepang untuk sumpit atau blowgun. IFA telah menjadi acuan mengenai peraturan olah raga sumpit di dunia, bahkan mulai mengusahakan olah raga menyumpit ini masuk dalam Olimpiade.


Hal yang cukup membanggakan adalah saudara-saudara kita di Kalimantan sudah memulai membuat kompetisi sumpit tradisional dan digelar sebagai event tingkat internasional. Jika International Borneo Sumpit Tournament ini berhasil mendunia nantinya, tentu akan sangat ironis jika orang Indonesia sendiri justru melupakan atau bahkan tidak mengetahui sumpit sebagai kekayaan budaya nenek moyang mereka.


Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"

Rabu, 17 Juli 2013

Serba-serbi Sumpit di Jawa

Awalnya kami tidak terlalu berharap dapat menemukan cukup banyak kisah, legenda ataupun sejarah yang menunjukkan eksistensi sumpit di Pulau Jawa, selain di Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara, Bali dan Sulawesi. Namun hasil dari pencarian kami justru menunjukkan cukup banyak kisah yang melibatkan sumpit (tulup) di Jawa. Hal ini tentu semakin meningkatkan antusiasme kami untuk 'mengembalikan ingatan' bangsa Indonesia terhadap sumpit sebagai warisan budaya Nusantara. 


Tulisan http://lubisgrafura.wordpress.com/f-kejawen/berbagai-senjata-di-jawa menyebutkan sumpit sebagai salah satu senjata kuno di Jawa, yang selama ini lebih identik dengan keris. Tulisan http://ahmedfikreatif.wordpress.com/2011/03/26/aneka-permainan-anak-sd-era-1990an/#more-2906 juga menyebutkan tulup sebagai salah satu permainan anak SD era 1990-an, walaupun sekarang sudah semakin jarang dijumpai anak-anak bermain tulup / sumpit. Saat ini akan lebih mudah menjumpai anak-anak SD di Indonesia yang bermain airsoft gun dibandingkan tulup atau sumpit, apalagi di lingkungan perkotaan.

Di Grobogan - Jawa Tengah terdapat makam tokoh yang dikenal sebagai Joko Tarub. Joko Tarub disebutkan sedang memburu seekor burung menggunakan senjata sumpit Tunjung Lanang sebelum akhirnya bertemu dengan bidadari yang sedang mandi di Sendang Telogo. Ki Ageng Tarub merupakan leluhur para raja di Jawa Tengah
Di daerah Boyolali - Jawa Tengah juga terdapat kisah mengenai Raden Ayu Bronto Telih, putri Ki Ageng Kembang Lampir pada era sebelum kerajaan Surakarta berdiri. Dalam cerita disebutkan bahwa Raden Ayu Bronto Telih diusir oleh sang ayah karena kedapatan hamil tanpa diketahui siapa laki-lakinya. Singkat cerita dalam pengasingan Raden Ayu Bronto Telih melahirkan anaknya namun dia sendiri meninggal lalu ditemukan oleh seorang pemburu burung yang menggunakan senjata tulup.

Tulup juga disebutkan menjadi senjata yang digunakan oleh Kyai Tumenggung Djojonegoro (Pusponegoro II) yang menjabat sebagai bupati di Gresik pada abad ke 17 Masehi. Tulup milik Tumenggung Djojonegoro ini dikisahkan mampu membuat nyali prajurit musuh menciut, pada saat perang antara pasukan Gresik yang didukung pasukan Ponorogo melawan pasukan Sampang.

Legenda Lutung Kasarung di Jawa Barat menyebutkan Ratu Purbararang di Kerajaan Pasir Batang akan mengadakan upacara pengorbanan. Untuk itu deperintahlah Aki Panyumpit yang menggunakan senjata sumpit untuk berburu, hingga akhirnya bertemu dengan Lutung Kasarung. (Sumber: http://dongeng.org/cerita-rakyat/nusantara/lutung-kasarung.html)

Jika masih belum yakin dengan eksistensi sumpit di Jawa, maka artikel "Borobudur reliefs as a source for military history(?)" ini kiranya dapat semakin menguatkan pendapat tersebut. Dalam relief tergambar sumpit digunakan untuk berburu, selain panah. Hal ini menjadi bukti bahwa sumpit merupakan salah alat berburu atau bahkan senjata perang di Jawa pada abad ke-8 Masehi. (Sumber: http://l-clausewitz.livejournal.com/527748.html?title=Borobudur%20reliefs%20as%20a%20source%20for%20military%20history%28%3F%29&hashtags= )


Salam


"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"




Sabtu, 13 Juli 2013

Serba-serbi Sumpit di Sulawesi

Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara, Bali memiliki catatan sejarah ataupun legenda mengenai keberadaan sumpit sebagai bagian dari budaya dan kearifan lokal. Ternyata sumpit juga hadir di Sulawesi sebagai salah satu pulau besar Indonesia. Di sekitar Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, di sekitar Gunung Gawalise terdapat desa Dombu, Matantimali, Panasibaja, Bolobio dan Rondingo yang ditinggali Suku Da'a (merupakan Sub-etnis Suku Kaili). Suku Da'a masih menggunakan sumpit sebagai alat berburu, dan dijadikan salah satu atraksi wisata Kota Palu.



Di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Suku Wana yang mempunyai kesederhanaan dan cara pandang terhadap alam (Pengale) masih memegang teguh adat istiadat. Masyarakat Adat Wana memiliki seni yang tinggi berupa kerajinan rotan, serta memiliki keterampilan membuat sumpit yang digunakan sebagai alat berburu binatang burung, monyet dan babi. Manyopu adalah sebutan untuk aktifitas menyumpit. Suku Wana tinggal di Posangke, Kayupoli dan Kajumarangka, dan hidup sebagai peladang berpindah dengan sistem rotasi.



Di beberapa daerah di Sulawesi Tengah, misal di tepian Danau Poso, telah ditemukan berbagai peralatan dalam bentuk kedudayaan Dongson (perunggu) dari zaman Megalitikum. Barang-barang tersebut berupa kapak-kapak dan gelang-gelang perunggu, manik-manik dan kulit-kulit siput, di samping sumpit dan jerat untuk berburu. Beberapa suku terasing masih mempergunakan alat-alat seperti itu.
(Sumber: https://www.facebook.com/notes/andi-pertiwi-damayanti/sebuah-catatan-dari-lintasan-sejarah-sulteng/2323052523931?ref=nf)


Salam




"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"


Jumat, 05 Juli 2013

Serba-serbi Sumpit di Bali

Sumpit ada dan masih ada di Kalimantan, muncul dalam legenda di Sumatera dan Nusa Tenggara. Lalu di pulau mana lagi? Artikel kali ini akan menyampaikan kisah yang melibatkan sumpit di Pulau Bali. 


Sumpit ternyata mewarnai sejarah kerajaan Buleleng. I Gusti Gde Pasekan disebutkan memiliki pusaka pemberian sang ayah I Gusti Ngurah Jelantik, yaitu tombak tulup (sumpit) Ki Pangkajatattwa atau Ki Tunjungtutur di samping keris pusaka Ki Semang. Dikisahkan juga Pasukan Bali menggunakan sumpit saat menyerang Kerajaan Blambangan. Keahlian Pasukan Bali dalam menggunakan senjata sumpit mampu menimbulkan jatuhnya banyak korban dari pihak pasukan Macan Putih Blambangan.
(Sumber: http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2010/01/sejarah-buleleng.html )

Dalam kisah lain disebutkan bahwa tulup (sumpit) juga digunakan oleh Kyayi Agung Bandhesa Gelgel Kubontubuh atau Kyayi Klapodhyana yang diuji kesetiaan, keperwiraan dan ketangkasannya oleh Sri Smara Kepakisan. Kyayi Klapodhyana diminta mengatasi ganguan macan hitam yang sering membuat onar. Hal ini merupakan permintaan Raja Blangbangan.Sri Smara Kepakisan membekali Kyayi Klapodhyana dengan sumpitan berujung tombak yang bernama Macan Guguh.Sumpit tersebut pada akhirnya mampu membunuh macan hitam yang menggangu warga Blangbangan
(Sumber: http://www.kubontubuh-kuthawaringin.blogspot.com )


Salam


"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"

 

Minggu, 02 Juni 2013

Serba-serbi Sumpit di Nusa Tenggara

Setelah merangkum berbagai tulisan mengenai keberadaan sumpit di Pulau Kalimantan, dan Sumatera, penulis menemukan informasi lain yang menandai eksistensi sumpit di Nusa Tenggara. Di sana sumpit atau blowgun dikenal dengan nama Tulup, yang merupakan senjata tradisional Suku Sasak di Pulau Lombok.


Tulup Sasak dibuat dari kayu Meranti yang dilubangi dan menggunakan peluru terbuat dari lidi dan pelepah pohon Enau dibentuk seperti mata panah, disebut Ancar.. Ancar terdiri dari mata dan batang ancar yang berbentuk kerucut. Batang ancar berupa lidi biasanya diolesi racun dari getah pohon Tatar. Mata ancar dibuat dari pelepah enau berbentuk kerucut berukuran panjang 4,5 cm dan diameter sesuai lubang batang tulup. Ancar disimpan dalam sebuah wadah dari anyaman yang disebut Terontong.

Pemburu tradisional Sasak memandang tulup sebagai alat berburu sekaligus benda sakral. Pandangan ini berdasar pemikiran bahwa berburu merupakan mata pencaharian mereka dan tulup merupakan alat utama sehingga harus dihargai dan dihormati. Pensakralan tulup dilakukan dengan memberikan doa-doa atau jampi-jampi sebagai bentuk penghormatan dan permohonan kepada Yang Kuasa, serta agar memberikan hasil buruan yang banyak. Selain jampi-jampi, tulup juga biasa di simpan di atas dinding bersama Ancar dan Terontong.

Tulup merupakan warisan nenek moyang Suku Sasak yang memiliki banyak nilai pelajaran hidup. Sayang sekali semakin menghilangnya profesi pemburu tradisional yang menggunakan tulup turut menghilangkan nilai-nilai luhur yang terkandung. Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam tulup antara lain: penghargaan terhadap alam, keterampilan, kesabaran, sakralitas dan tradisi budaya.


Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"


Rabu, 15 Mei 2013

Serba-serbi Sumpit di Sumatera

Kali ini penulis melanjutkan rangkaian artikel berkaitan dengan keberadaan sumpit (tulup, kleput, sipet) sebagai alat berburu maupun senjata di Indonesia yang sudah ditulis sebelumnya, berharap dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa sumpit dengan berbagai nama pernah eksis di Nusantara (dan diharapkan akan tetap eksis, sebagai warisan budaya).

Di Sumatera, sumpit muncul dan diabadikan dalam sebuah kisah asal-usul nama sebuah kota atau daerah. Kota tersebut adalah Musi Rawas dan Lubuk Linggau yang dikenal sebagai kota Silampari, berasal dari kata Silam yang berarti hilang atau sirna dan Pari yang berarti peri atau putri.


Pada zaman dahulu kala ada 7 bidadari yang sedang turun dari kayangan (kerajaan di langit) untuk mandi di sebuah telaga, dimana pada saat itu hanya terdapat sebuah telaga yang masih terdapat airnya, dikarenakan adanya musim kemarau yang panjang. Tapi naas bagi bidadari bungsu karena selendang yang dimilikinya hilang diambil oleh seorang pemburu sehingga ia tak dapat pulang lagi kelangit. Pemuda tersebut bernama Bujang Penulup yang artinya adalah seorang pemburu binatang yang menggunakan alat buru berupa tulup atau sumpit. Sedangkan putri bungsu tersebut bernama Sringga Pisat.

Suatu saat bidadari tersebut menemukan pakaian yang disembuyikan oleh Bujang Penulup, kemudian bidadari tersebut dapat pulang kelangit, namun bujang penulup melihatnya, maka dia berkata “SILAMPARI” (Putri hilang). Karena putri yang ingin kembali berangsur-angsur menghilang.
 (Sumber http://ozonsilampari.wordpress.com/2008/02/ ) 

Sumpit juga muncul dan diabadikan dalam hikayat Raja Pangultop-Ultop. Raja pangultop-ultop adalah pakar pangultop (ahli sumpit, tulup) yang diyakini dari Lehu Pakpak-dairi (Sumber :  http://old.kaskus.co.id/showthread.php?t=889779&page=5). Sebenarnya, raja yang mula-mula berkuasa di Kerajaan Purba bukanlah Tuan Pangultop-ultop, melainkan Raja Purba Dasuha. Tuan Pangultop-ultop sendiri pada awalnya hanyalah pendatang yang datang dari wilayah Dolok Sanggul yang konon disinyalir berdekatan dengan wilayah Pakpak Bharat sekarang ( Sumber: 
http://iannnews.com/ensiklopedia.php?page=budaya&prov=4&id=130 )

Dalam kisah yang lain, disebutkan bahwa Tuan Pangultop Ultop memiliki nama asli Raendan, seorang pemuda yang berasal dari kampung Batu Sarindan di daerah Sengkel Aceh Selatan. Raendan tertarik untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Raja Negri di Kampung Tungtung Batu, masuk kawasan Silima Pungga Pungga. Sayembara itu diadakan dalam rangka membebaskan penduduk dari ancaman burung buas yang sering mengambil anak-anak sebagai mangsa.

Raendan berhasil mendapat ijin orang tuanya untuk pergi ke Siliima Pungga Pungga dan dibekali Ultop (Tulup, Sumpit) Pusaka Likkit Beracun untuk mengalahkan burung yang disebut Manuk Manuk Sipitu Ulu atau Manuk Manuk Nanggordaha. Singkat cerita, Raendan berhasil menjadi Raja Pangultop Ultop.

Sebagai sebuah warisan budaya, sumpit memang sudah semakin jarang digunakan dan dimain di banyak tempat di Indonesia. Penulis merasa beruntung dan sangat senang dapat menemukan sebuah link video anak-anak di Sumatera bermain tulup atau sumpit. Sumpit bambu dengan 'peluru' atau proyektil berupa bola tanah liat terbukti dapat memberikan kesenangan bagi anak-anak, tidak kalah seru dan asyik dengan bermain tembak-tembakan menggunakan airsoft gun oleh anak-anak di perkotaan.


Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"

Kamis, 02 Mei 2013

Serba-serbi Sumpit di Kalimantan

Dalam artikel ini penulis ingin berbagi hasil pencarian yang telah dilakukan (melalui mesin pencari google) mengenai kisah, cerita rakyat, dan artikel yang berkaitan dengan keberadaan sumpit (tulup, kleput) sebagai alat berburu maupun senjata di Indonesia. Kisah, cerita dan artikel tersebut sedikit banyak dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa sumpit dengan berbagai nama pernah eksis di Nusantara (dan diharapkan akan tetap eksis, sebagai warisan budaya).


Kalimantan penulis pilih untuk mengawali rangkaian beberapa artikel berikutnya karena hingga saat ini sumpit masih eksis di Kalimantan. Saudara-saudara kita suku Dayak sudah lama dan masih menggunakan sumpit (dalam bahasa setempat disebut Sipet) untuk berburu, dan sudah mulai menjadikannya sebuah olah raga prestasi.

Menyumpit (manyipet) pada jaman dulu merupakan sebuah kebanggan bagi suku Dayak, karena kaum lelaki dapat membawa hasil buruan bagi keluarga. Saat ini menyumpit masih dilakukan sebagai sambilan saat pergi ke ladang. Untuk berburu, biasanya anak panah diberi racun dari tanaman Ipu atau Siren 
agar lebih efektif menjatuhkan binatang buruan.

Asal mula sumpit setidaknya ada 2 versi: (1) seorang pandai besi mendapati bambu yang digunakan untuk meniup bara api tersumbat, lalu ditiup kuat-kuat dan penyumbatnya dapat meluncur dengan kencang, (2) peniup seruling yang meniup sumbatan dalam serulingnya dengan kuat.

Sumpit juga mengandung filosofi dan kearifan lokal. Pembuatan sumpit (membuat lubang dalam sebatang kayu bulat panjang) yang memerlukan kesabaran dan ketelatenan karena membutuhkan waktu yang lama, memberikan makna bahwa berpikir harus lurus.

Adanya anak panah (damek) beracun yang sangat berbahaya juga disertai sebuah kearifan lokal berupa pantangan menggunakan sumpit untuk 'menembak' manusia, karena anak panah yang tersisa akan hilang kesaktiannya. Hal ini menjaga agar sesama manusia tidak saling bunuh.(sumber: http://elang114.wordpress.com/2012/06/29/manyipet/)

Sumpit juga dilirik oleh TNI sebagai alat untuk melakukan serangan diam-diam dalam sebuah operasi militer. Yonif 600 / Raider di Kalimantan pada bulan Februari 2003 membentuk Tim Sumpit dengan dengan anggota awal para prajurit keturunan Dayak yang memang sudah akrab dengan senjata ini.

(Sumber: <http://garudamiliter.blogspot.com/2012/03/tim-sumpit.html)
Saudara-saudara kita di Kaliamantan Barat bahkan sudah aktif mengadakan kompetisi menyumpit tingkat Internasional sejak tahun 2011. Acara yang diselenggarakan setiap tahun ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat. Para pegiat olah raga sumpit juga mempunyai goal besar untuk menjadikan sumpit sebagai salah satu cabang olah raga dalam Pekan Olah Raga Nasional  (PON) dan Olimpiade.



Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"



Senin, 29 April 2013

Aku dan Sumpitku

Bertahun-tahun yang lalu, tepatnya saat duduk di Sekolah Dasar, penulis mengenal dan sempat bermain sumpit. Di desa tempat penulis tinggal, di wilayah Kabupaten Batang, Jawa Tengah tulup (sumpit) merupakan permainan anak yang cukup umum selain panggalan (gasing), layangan (layang-layang), plethokan, dan lain-lain. Saat itu biasanya sumpit dibuat dari satu ruas bambu wulung dengan 'peluru' / proyektil berupa kacang hijau, bahkan menggunakan jarum pentul yang diberi 'ekor' dari tali rafia sebagai dart (anak panah) jika digunakan untuk menyumpit cicak dll.


Sekarang, lebih dari 25 tahun kemudian, penulis kembali tertarik dengan sumpit. Berawal dari ketidaksengajaan, di rumah ada pipa alluminum 'nganggur' yang cukup panjang dan lurus. Iseng-iseng membuat proyektil / 'peluru' dari lilin mainan, masukkan ke dalam pipa, bidik ke sasaran lalu tiup kencang-kencang dan... kena.

Sensasi yang penulis rasakan saat berhasil mengenai sasaran menggunakan sumpit, dapat dikatakan sama dengan saat berhasil menembak sasaran menggunakan senapan angin, airsoft gun, bahkan saat main bowling dan berhasil strike (walaupun baru sekali merasakan main bowling sungguhan). Kepuasan tersendiri saat berhasil mengenai sasaran, bentuk kepuasan atas setiap keberhasilan :-)

Sensasi saat berhasil mengenai sasaran menggunakan sumpit tersebut menurut penulis dapat dicapai berkat kombinasi antara focus (fokus pada sasaran), power (tenaga saat menghembuskan nafas), dan allignment (keselarasan antara mata dan pipa/tabung sumpit). Mirip dengan filosofi bisnis bukan? :-)

Merasakan kepuasan seperti ini menjadi salah satu alasan penulis untuk mulai berbagi kesenangan bermain sumpit dengan para pembaca, melalui blog TWOLOOPS Blowgun.


Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"

Jumat, 26 April 2013

Sekilas Mengenai Sumpit

Blowgun (juga dikenal sebagai blow pipe atau blow tube, di Indonesia dikenal dengan sumpit, tulup, sipet, di Jepang disebut fukiya) adalah sebuah senjata sederhana yang terdiri dari sebuah tabung kecil untuk menembakkan proyektil ringan atau sejenis anak panah. Senjata ini digunakan dengan memasukkan proyektil ke dalam pipa dan menggunakan tanaga yang dihasilkan oleh satu hembusan nafas untuk memberikan momentum kepada proyektil. Daya dorong blowgun dibatasi oleh otot pernafasan penggunanya.

Banyak budaya telah menggunakan senjata ini, namun berbagai masyarakat adat dari Asia Tenggara, Amazon dan Guyana wilayah Amerika Selatan, dan Guatemala di Amerika Tengah yang paling dikenal untuk penggunaannya. Proyektil termasuk biji-bijian, pelet tanah liat, dan panah. Beberapa budaya mencelupkan ujung panah di curare atau racun lain untuk melumpuhkan target. Blowgun atau sumpit sangat jarang digunakan oleh suku-suku sebagai senjata anti-personil, tapi terutama untuk berburu binatang kecil seperti monyet. Suku Cherokee dari Amerika Utara diketahui membuat blowgun/sumpit dari tebu sungai untuk melengkapi diet mereka dengan kelinci dan makhluk kecil lainnya.

Blowgun/sumpit digambarkan dalam lukisan pada tembikar pra-Columbus dan disebutkan dalam banyak mitos Mesoamerika.Saat itu dan hari ini, suku Maya menggunakan sumpit untuk berburu burung dan binatang kecil dengan biji kering bulat dan pelet tanah liat. Amunisi tanah liat dibuat sedikit lebih besar dari yang dibutuhkan (untuk memungkinkan penyusutan dan perbaikan) dan disimpan dalam sebuah tas pinggang. Bagian luar pelet tanah liat yang kering dihilangkan dan dihaluskan sesaat sebelum digunakan.

Saat ini blowgun/sumpit digunakan dengan panah pembius untuk menangkap satwa liar atau melumpuhkan binatang berbahaya. Herpetologis menggunakan blowgun/sumpit untuk menangkap kadal yang sulit dipahami dengan anak panah setrum. Blowguns juga digunakan untuk rekreasi, baik dengan panah atau paint ball/bola cat.

Ada beberapa gaya kompetisi dipraktekkan di seluruh dunia. Sebuah standarisasi gaya kompetisi, berdasarkan Fukiya, sedang diupayakan oleh Asosiasi Fukiyado Internasional dan berharap dapat menjadi cabang Olimpiade. Ini adalah menembak sasaran 10 meter, menggunakan kaliber dan panjang standar barel/laras yang terstandarisasi, dan panjang & berat anak dart/panah yang terstandarisasi pula, sebagaimana digariskan oleh IFA.





Dua gaya lain juga sedang diupayakan untuk menjadi acara Olimpiade sumpitan, keduanya berdasarkan kompetisi sumpitan tahunan Cherokee. Kompetisi Gaya Lapangan mirip dengan Biathlon musim dingin, di mana penembak berjalan dari garis start ke garis target, menyumpitkan dan lalu mengambil anak panah, dan melanjutkan ke posisi berikutnya. Panjang lintasan bervariasi antara 400-800 m atau lebih, dengan 9-16 target pada berbagai ketinggian dan jarak tembakan menggunakan blowgun/sumpit.

Gaya terakhir adalah menembak sasaran Jarak Jauh. Targetnya adalah lingkaran berdiameter 24 cm, dan jalur tembak adalah 20 meter. Tiga anak panah disumpitkan oleh setiap pesumpit, setidaknya salah satu yang harus menempel dalam target. Semua pesumpit yang berhasil berhak masuk ke ronde berikutnya, bergerak mundur dua meter setiap setiap ronde bertambah.

Kompetisi olah raga sumpitan dikelola oleh Asosiasi Fukiyado Internasional (IFA = International Fukiyado Association) dengan asosiasi tingkat nasional di Amerika Serikat, Perancis, Jerman dan Filipina yang telah berafiliasi.

Sebagai senjata primitif, tidak ada dimensi tertentu untuk panjang dan diameter sumpit. Namun, umumnya ada beberapa ukuran: 
  1. Fukiya - diameter 13 mm (.51 cal) di Jepang. Panjang untuk turnamen adalah 120,0 cm, tapi untuk latihan seseorang dapat menggunakan tabung 50 cm. Tidak ada menggunakan corong mulut, pengguna menutupkan bibir mereka sekitar tabung. Versi internasional dapat sedikit lebih fleksibel, yang memungkinkan tabung 121.92 cm (4 kaki) dan kaliber .50 ca dil bawah aturan IFA. Anak panah terbuat dari kertas kerucut sepanjang 20 cm, dengan berat 0,8 gram. 
  1. Cherokee - terbuat dari tebu sungai, sepanjang enam sampai sembilan kaki. anak panah sepanjang 6 sampai 22 inci dan terbuat dari locustwood, diberi fletch berupa bull thistle down, yang berfungsi sebagai segel udara. 
  1. Jakaltek : sumpitan kayu dengan panjang rata-rata 1,29 m dengan pembidik/visir yang ditempatkan 30 cm dari ujung. Pelet tanah liat adalah jenis amunisi yang paling umum dan tanah liat seringkali ditambahkan di bawah visir jika diameter sumpitan terlalu tipis, agar lebih stabil dan bidikan yang lebih baik. 
  1. Modern (AS / Uni Eropa) : biasanya berdiameter 10 mm (.40 cal), dengan berbagai panjang. Corong mulut berbentuk lonceng. Dalam kompetisi, panjang dibatasi 121.92 cm (4 kaki) 
  1. Paintball marker : dibuat identik dengan ukuran paintball (.68 cal)
 Sumber: Wikipedia    


Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"