Tulup Sasak dibuat dari kayu Meranti yang dilubangi dan menggunakan peluru terbuat dari lidi dan pelepah pohon Enau dibentuk seperti mata panah, disebut Ancar.. Ancar terdiri dari mata dan batang ancar yang berbentuk kerucut. Batang ancar berupa lidi biasanya diolesi racun dari getah pohon Tatar. Mata ancar dibuat dari pelepah enau berbentuk kerucut berukuran panjang 4,5 cm dan diameter sesuai lubang batang tulup. Ancar disimpan dalam sebuah wadah dari anyaman yang disebut Terontong.
Pemburu tradisional Sasak memandang tulup sebagai alat berburu sekaligus benda sakral. Pandangan ini berdasar pemikiran bahwa berburu merupakan mata pencaharian mereka dan tulup merupakan alat utama sehingga harus dihargai dan dihormati. Pensakralan tulup dilakukan dengan memberikan doa-doa atau jampi-jampi sebagai bentuk penghormatan dan permohonan kepada Yang Kuasa, serta agar memberikan hasil buruan yang banyak. Selain jampi-jampi, tulup juga biasa di simpan di atas dinding bersama Ancar dan Terontong.
Tulup merupakan warisan nenek moyang Suku Sasak yang memiliki banyak nilai pelajaran hidup. Sayang sekali semakin menghilangnya profesi pemburu tradisional yang menggunakan tulup turut menghilangkan nilai-nilai luhur yang terkandung. Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam tulup antara lain: penghargaan terhadap alam, keterampilan, kesabaran, sakralitas dan tradisi budaya.
Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar