Rabu, 15 Mei 2013

Serba-serbi Sumpit di Sumatera

Kali ini penulis melanjutkan rangkaian artikel berkaitan dengan keberadaan sumpit (tulup, kleput, sipet) sebagai alat berburu maupun senjata di Indonesia yang sudah ditulis sebelumnya, berharap dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa sumpit dengan berbagai nama pernah eksis di Nusantara (dan diharapkan akan tetap eksis, sebagai warisan budaya).

Di Sumatera, sumpit muncul dan diabadikan dalam sebuah kisah asal-usul nama sebuah kota atau daerah. Kota tersebut adalah Musi Rawas dan Lubuk Linggau yang dikenal sebagai kota Silampari, berasal dari kata Silam yang berarti hilang atau sirna dan Pari yang berarti peri atau putri.


Pada zaman dahulu kala ada 7 bidadari yang sedang turun dari kayangan (kerajaan di langit) untuk mandi di sebuah telaga, dimana pada saat itu hanya terdapat sebuah telaga yang masih terdapat airnya, dikarenakan adanya musim kemarau yang panjang. Tapi naas bagi bidadari bungsu karena selendang yang dimilikinya hilang diambil oleh seorang pemburu sehingga ia tak dapat pulang lagi kelangit. Pemuda tersebut bernama Bujang Penulup yang artinya adalah seorang pemburu binatang yang menggunakan alat buru berupa tulup atau sumpit. Sedangkan putri bungsu tersebut bernama Sringga Pisat.

Suatu saat bidadari tersebut menemukan pakaian yang disembuyikan oleh Bujang Penulup, kemudian bidadari tersebut dapat pulang kelangit, namun bujang penulup melihatnya, maka dia berkata “SILAMPARI” (Putri hilang). Karena putri yang ingin kembali berangsur-angsur menghilang.
 (Sumber http://ozonsilampari.wordpress.com/2008/02/ ) 

Sumpit juga muncul dan diabadikan dalam hikayat Raja Pangultop-Ultop. Raja pangultop-ultop adalah pakar pangultop (ahli sumpit, tulup) yang diyakini dari Lehu Pakpak-dairi (Sumber :  http://old.kaskus.co.id/showthread.php?t=889779&page=5). Sebenarnya, raja yang mula-mula berkuasa di Kerajaan Purba bukanlah Tuan Pangultop-ultop, melainkan Raja Purba Dasuha. Tuan Pangultop-ultop sendiri pada awalnya hanyalah pendatang yang datang dari wilayah Dolok Sanggul yang konon disinyalir berdekatan dengan wilayah Pakpak Bharat sekarang ( Sumber: 
http://iannnews.com/ensiklopedia.php?page=budaya&prov=4&id=130 )

Dalam kisah yang lain, disebutkan bahwa Tuan Pangultop Ultop memiliki nama asli Raendan, seorang pemuda yang berasal dari kampung Batu Sarindan di daerah Sengkel Aceh Selatan. Raendan tertarik untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Raja Negri di Kampung Tungtung Batu, masuk kawasan Silima Pungga Pungga. Sayembara itu diadakan dalam rangka membebaskan penduduk dari ancaman burung buas yang sering mengambil anak-anak sebagai mangsa.

Raendan berhasil mendapat ijin orang tuanya untuk pergi ke Siliima Pungga Pungga dan dibekali Ultop (Tulup, Sumpit) Pusaka Likkit Beracun untuk mengalahkan burung yang disebut Manuk Manuk Sipitu Ulu atau Manuk Manuk Nanggordaha. Singkat cerita, Raendan berhasil menjadi Raja Pangultop Ultop.

Sebagai sebuah warisan budaya, sumpit memang sudah semakin jarang digunakan dan dimain di banyak tempat di Indonesia. Penulis merasa beruntung dan sangat senang dapat menemukan sebuah link video anak-anak di Sumatera bermain tulup atau sumpit. Sumpit bambu dengan 'peluru' atau proyektil berupa bola tanah liat terbukti dapat memberikan kesenangan bagi anak-anak, tidak kalah seru dan asyik dengan bermain tembak-tembakan menggunakan airsoft gun oleh anak-anak di perkotaan.


Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"

Kamis, 02 Mei 2013

Serba-serbi Sumpit di Kalimantan

Dalam artikel ini penulis ingin berbagi hasil pencarian yang telah dilakukan (melalui mesin pencari google) mengenai kisah, cerita rakyat, dan artikel yang berkaitan dengan keberadaan sumpit (tulup, kleput) sebagai alat berburu maupun senjata di Indonesia. Kisah, cerita dan artikel tersebut sedikit banyak dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa sumpit dengan berbagai nama pernah eksis di Nusantara (dan diharapkan akan tetap eksis, sebagai warisan budaya).


Kalimantan penulis pilih untuk mengawali rangkaian beberapa artikel berikutnya karena hingga saat ini sumpit masih eksis di Kalimantan. Saudara-saudara kita suku Dayak sudah lama dan masih menggunakan sumpit (dalam bahasa setempat disebut Sipet) untuk berburu, dan sudah mulai menjadikannya sebuah olah raga prestasi.

Menyumpit (manyipet) pada jaman dulu merupakan sebuah kebanggan bagi suku Dayak, karena kaum lelaki dapat membawa hasil buruan bagi keluarga. Saat ini menyumpit masih dilakukan sebagai sambilan saat pergi ke ladang. Untuk berburu, biasanya anak panah diberi racun dari tanaman Ipu atau Siren 
agar lebih efektif menjatuhkan binatang buruan.

Asal mula sumpit setidaknya ada 2 versi: (1) seorang pandai besi mendapati bambu yang digunakan untuk meniup bara api tersumbat, lalu ditiup kuat-kuat dan penyumbatnya dapat meluncur dengan kencang, (2) peniup seruling yang meniup sumbatan dalam serulingnya dengan kuat.

Sumpit juga mengandung filosofi dan kearifan lokal. Pembuatan sumpit (membuat lubang dalam sebatang kayu bulat panjang) yang memerlukan kesabaran dan ketelatenan karena membutuhkan waktu yang lama, memberikan makna bahwa berpikir harus lurus.

Adanya anak panah (damek) beracun yang sangat berbahaya juga disertai sebuah kearifan lokal berupa pantangan menggunakan sumpit untuk 'menembak' manusia, karena anak panah yang tersisa akan hilang kesaktiannya. Hal ini menjaga agar sesama manusia tidak saling bunuh.(sumber: http://elang114.wordpress.com/2012/06/29/manyipet/)

Sumpit juga dilirik oleh TNI sebagai alat untuk melakukan serangan diam-diam dalam sebuah operasi militer. Yonif 600 / Raider di Kalimantan pada bulan Februari 2003 membentuk Tim Sumpit dengan dengan anggota awal para prajurit keturunan Dayak yang memang sudah akrab dengan senjata ini.

(Sumber: <http://garudamiliter.blogspot.com/2012/03/tim-sumpit.html)
Saudara-saudara kita di Kaliamantan Barat bahkan sudah aktif mengadakan kompetisi menyumpit tingkat Internasional sejak tahun 2011. Acara yang diselenggarakan setiap tahun ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat. Para pegiat olah raga sumpit juga mempunyai goal besar untuk menjadikan sumpit sebagai salah satu cabang olah raga dalam Pekan Olah Raga Nasional  (PON) dan Olimpiade.



Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"