Di Sumatera, sumpit muncul dan diabadikan dalam sebuah kisah asal-usul nama sebuah kota atau daerah. Kota tersebut adalah Musi Rawas dan Lubuk Linggau yang dikenal sebagai kota Silampari, berasal dari kata Silam yang berarti hilang atau sirna dan Pari yang berarti peri atau putri.
Pada zaman dahulu kala ada 7 bidadari yang sedang turun dari kayangan (kerajaan di langit) untuk mandi di sebuah telaga, dimana pada saat itu hanya terdapat sebuah telaga yang masih terdapat airnya, dikarenakan adanya musim kemarau yang panjang. Tapi naas bagi bidadari bungsu karena selendang yang dimilikinya hilang diambil oleh seorang pemburu sehingga ia tak dapat pulang lagi kelangit. Pemuda tersebut bernama Bujang Penulup yang artinya adalah seorang pemburu binatang yang menggunakan alat buru berupa tulup atau sumpit. Sedangkan putri bungsu tersebut bernama Sringga Pisat.
Suatu saat bidadari tersebut menemukan pakaian yang disembuyikan oleh Bujang Penulup, kemudian bidadari tersebut dapat pulang kelangit, namun bujang penulup melihatnya, maka dia berkata “SILAMPARI” (Putri hilang). Karena putri yang ingin kembali berangsur-angsur menghilang.
(Sumber http://ozonsilampari.wordpress.com/2008/02/ )
Sumpit juga muncul dan diabadikan dalam hikayat Raja Pangultop-Ultop. Raja pangultop-ultop adalah pakar pangultop (ahli sumpit, tulup) yang diyakini dari Lehu Pakpak-dairi (Sumber : http://old.kaskus.co.id/showthread.php?t=889779&page=5). Sebenarnya, raja yang mula-mula berkuasa di Kerajaan Purba bukanlah Tuan Pangultop-ultop, melainkan Raja Purba Dasuha. Tuan Pangultop-ultop sendiri pada awalnya hanyalah pendatang yang datang dari wilayah Dolok Sanggul yang konon disinyalir berdekatan dengan wilayah Pakpak Bharat sekarang ( Sumber:
Sumpit juga muncul dan diabadikan dalam hikayat Raja Pangultop-Ultop. Raja pangultop-ultop adalah pakar pangultop (ahli sumpit, tulup) yang diyakini dari Lehu Pakpak-dairi (Sumber : http://old.kaskus.co.id/showthread.php?t=889779&page=5). Sebenarnya, raja yang mula-mula berkuasa di Kerajaan Purba bukanlah Tuan Pangultop-ultop, melainkan Raja Purba Dasuha. Tuan Pangultop-ultop sendiri pada awalnya hanyalah pendatang yang datang dari wilayah Dolok Sanggul yang konon disinyalir berdekatan dengan wilayah Pakpak Bharat sekarang ( Sumber:
http://iannnews.com/ensiklopedia.php?page=budaya&prov=4&id=130 )
Dalam kisah yang lain, disebutkan bahwa Tuan Pangultop Ultop memiliki nama asli Raendan, seorang pemuda yang berasal dari kampung Batu Sarindan di daerah Sengkel Aceh Selatan. Raendan tertarik untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Raja Negri di Kampung Tungtung Batu, masuk kawasan Silima Pungga Pungga. Sayembara itu diadakan dalam rangka membebaskan penduduk dari ancaman burung buas yang sering mengambil anak-anak sebagai mangsa.
Raendan berhasil mendapat ijin orang tuanya untuk pergi ke Siliima Pungga Pungga dan dibekali Ultop (Tulup, Sumpit) Pusaka Likkit Beracun untuk mengalahkan burung yang disebut Manuk Manuk Sipitu Ulu atau Manuk Manuk Nanggordaha. Singkat cerita, Raendan berhasil menjadi Raja Pangultop Ultop.
Sebagai sebuah warisan budaya, sumpit memang sudah semakin jarang digunakan dan dimain di banyak tempat di Indonesia. Penulis merasa beruntung dan sangat senang dapat menemukan sebuah link video anak-anak di Sumatera bermain tulup atau sumpit. Sumpit bambu dengan 'peluru' atau proyektil berupa bola tanah liat terbukti dapat memberikan kesenangan bagi anak-anak, tidak kalah seru dan asyik dengan bermain tembak-tembakan menggunakan airsoft gun oleh anak-anak di perkotaan.
Dalam kisah yang lain, disebutkan bahwa Tuan Pangultop Ultop memiliki nama asli Raendan, seorang pemuda yang berasal dari kampung Batu Sarindan di daerah Sengkel Aceh Selatan. Raendan tertarik untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Raja Negri di Kampung Tungtung Batu, masuk kawasan Silima Pungga Pungga. Sayembara itu diadakan dalam rangka membebaskan penduduk dari ancaman burung buas yang sering mengambil anak-anak sebagai mangsa.
Raendan berhasil mendapat ijin orang tuanya untuk pergi ke Siliima Pungga Pungga dan dibekali Ultop (Tulup, Sumpit) Pusaka Likkit Beracun untuk mengalahkan burung yang disebut Manuk Manuk Sipitu Ulu atau Manuk Manuk Nanggordaha. Singkat cerita, Raendan berhasil menjadi Raja Pangultop Ultop.
Sebagai sebuah warisan budaya, sumpit memang sudah semakin jarang digunakan dan dimain di banyak tempat di Indonesia. Penulis merasa beruntung dan sangat senang dapat menemukan sebuah link video anak-anak di Sumatera bermain tulup atau sumpit. Sumpit bambu dengan 'peluru' atau proyektil berupa bola tanah liat terbukti dapat memberikan kesenangan bagi anak-anak, tidak kalah seru dan asyik dengan bermain tembak-tembakan menggunakan airsoft gun oleh anak-anak di perkotaan.
Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"