Senin, 29 April 2013

Aku dan Sumpitku

Bertahun-tahun yang lalu, tepatnya saat duduk di Sekolah Dasar, penulis mengenal dan sempat bermain sumpit. Di desa tempat penulis tinggal, di wilayah Kabupaten Batang, Jawa Tengah tulup (sumpit) merupakan permainan anak yang cukup umum selain panggalan (gasing), layangan (layang-layang), plethokan, dan lain-lain. Saat itu biasanya sumpit dibuat dari satu ruas bambu wulung dengan 'peluru' / proyektil berupa kacang hijau, bahkan menggunakan jarum pentul yang diberi 'ekor' dari tali rafia sebagai dart (anak panah) jika digunakan untuk menyumpit cicak dll.


Sekarang, lebih dari 25 tahun kemudian, penulis kembali tertarik dengan sumpit. Berawal dari ketidaksengajaan, di rumah ada pipa alluminum 'nganggur' yang cukup panjang dan lurus. Iseng-iseng membuat proyektil / 'peluru' dari lilin mainan, masukkan ke dalam pipa, bidik ke sasaran lalu tiup kencang-kencang dan... kena.

Sensasi yang penulis rasakan saat berhasil mengenai sasaran menggunakan sumpit, dapat dikatakan sama dengan saat berhasil menembak sasaran menggunakan senapan angin, airsoft gun, bahkan saat main bowling dan berhasil strike (walaupun baru sekali merasakan main bowling sungguhan). Kepuasan tersendiri saat berhasil mengenai sasaran, bentuk kepuasan atas setiap keberhasilan :-)

Sensasi saat berhasil mengenai sasaran menggunakan sumpit tersebut menurut penulis dapat dicapai berkat kombinasi antara focus (fokus pada sasaran), power (tenaga saat menghembuskan nafas), dan allignment (keselarasan antara mata dan pipa/tabung sumpit). Mirip dengan filosofi bisnis bukan? :-)

Merasakan kepuasan seperti ini menjadi salah satu alasan penulis untuk mulai berbagi kesenangan bermain sumpit dengan para pembaca, melalui blog TWOLOOPS Blowgun.


Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"

Jumat, 26 April 2013

Sekilas Mengenai Sumpit

Blowgun (juga dikenal sebagai blow pipe atau blow tube, di Indonesia dikenal dengan sumpit, tulup, sipet, di Jepang disebut fukiya) adalah sebuah senjata sederhana yang terdiri dari sebuah tabung kecil untuk menembakkan proyektil ringan atau sejenis anak panah. Senjata ini digunakan dengan memasukkan proyektil ke dalam pipa dan menggunakan tanaga yang dihasilkan oleh satu hembusan nafas untuk memberikan momentum kepada proyektil. Daya dorong blowgun dibatasi oleh otot pernafasan penggunanya.

Banyak budaya telah menggunakan senjata ini, namun berbagai masyarakat adat dari Asia Tenggara, Amazon dan Guyana wilayah Amerika Selatan, dan Guatemala di Amerika Tengah yang paling dikenal untuk penggunaannya. Proyektil termasuk biji-bijian, pelet tanah liat, dan panah. Beberapa budaya mencelupkan ujung panah di curare atau racun lain untuk melumpuhkan target. Blowgun atau sumpit sangat jarang digunakan oleh suku-suku sebagai senjata anti-personil, tapi terutama untuk berburu binatang kecil seperti monyet. Suku Cherokee dari Amerika Utara diketahui membuat blowgun/sumpit dari tebu sungai untuk melengkapi diet mereka dengan kelinci dan makhluk kecil lainnya.

Blowgun/sumpit digambarkan dalam lukisan pada tembikar pra-Columbus dan disebutkan dalam banyak mitos Mesoamerika.Saat itu dan hari ini, suku Maya menggunakan sumpit untuk berburu burung dan binatang kecil dengan biji kering bulat dan pelet tanah liat. Amunisi tanah liat dibuat sedikit lebih besar dari yang dibutuhkan (untuk memungkinkan penyusutan dan perbaikan) dan disimpan dalam sebuah tas pinggang. Bagian luar pelet tanah liat yang kering dihilangkan dan dihaluskan sesaat sebelum digunakan.

Saat ini blowgun/sumpit digunakan dengan panah pembius untuk menangkap satwa liar atau melumpuhkan binatang berbahaya. Herpetologis menggunakan blowgun/sumpit untuk menangkap kadal yang sulit dipahami dengan anak panah setrum. Blowguns juga digunakan untuk rekreasi, baik dengan panah atau paint ball/bola cat.

Ada beberapa gaya kompetisi dipraktekkan di seluruh dunia. Sebuah standarisasi gaya kompetisi, berdasarkan Fukiya, sedang diupayakan oleh Asosiasi Fukiyado Internasional dan berharap dapat menjadi cabang Olimpiade. Ini adalah menembak sasaran 10 meter, menggunakan kaliber dan panjang standar barel/laras yang terstandarisasi, dan panjang & berat anak dart/panah yang terstandarisasi pula, sebagaimana digariskan oleh IFA.





Dua gaya lain juga sedang diupayakan untuk menjadi acara Olimpiade sumpitan, keduanya berdasarkan kompetisi sumpitan tahunan Cherokee. Kompetisi Gaya Lapangan mirip dengan Biathlon musim dingin, di mana penembak berjalan dari garis start ke garis target, menyumpitkan dan lalu mengambil anak panah, dan melanjutkan ke posisi berikutnya. Panjang lintasan bervariasi antara 400-800 m atau lebih, dengan 9-16 target pada berbagai ketinggian dan jarak tembakan menggunakan blowgun/sumpit.

Gaya terakhir adalah menembak sasaran Jarak Jauh. Targetnya adalah lingkaran berdiameter 24 cm, dan jalur tembak adalah 20 meter. Tiga anak panah disumpitkan oleh setiap pesumpit, setidaknya salah satu yang harus menempel dalam target. Semua pesumpit yang berhasil berhak masuk ke ronde berikutnya, bergerak mundur dua meter setiap setiap ronde bertambah.

Kompetisi olah raga sumpitan dikelola oleh Asosiasi Fukiyado Internasional (IFA = International Fukiyado Association) dengan asosiasi tingkat nasional di Amerika Serikat, Perancis, Jerman dan Filipina yang telah berafiliasi.

Sebagai senjata primitif, tidak ada dimensi tertentu untuk panjang dan diameter sumpit. Namun, umumnya ada beberapa ukuran: 
  1. Fukiya - diameter 13 mm (.51 cal) di Jepang. Panjang untuk turnamen adalah 120,0 cm, tapi untuk latihan seseorang dapat menggunakan tabung 50 cm. Tidak ada menggunakan corong mulut, pengguna menutupkan bibir mereka sekitar tabung. Versi internasional dapat sedikit lebih fleksibel, yang memungkinkan tabung 121.92 cm (4 kaki) dan kaliber .50 ca dil bawah aturan IFA. Anak panah terbuat dari kertas kerucut sepanjang 20 cm, dengan berat 0,8 gram. 
  1. Cherokee - terbuat dari tebu sungai, sepanjang enam sampai sembilan kaki. anak panah sepanjang 6 sampai 22 inci dan terbuat dari locustwood, diberi fletch berupa bull thistle down, yang berfungsi sebagai segel udara. 
  1. Jakaltek : sumpitan kayu dengan panjang rata-rata 1,29 m dengan pembidik/visir yang ditempatkan 30 cm dari ujung. Pelet tanah liat adalah jenis amunisi yang paling umum dan tanah liat seringkali ditambahkan di bawah visir jika diameter sumpitan terlalu tipis, agar lebih stabil dan bidikan yang lebih baik. 
  1. Modern (AS / Uni Eropa) : biasanya berdiameter 10 mm (.40 cal), dengan berbagai panjang. Corong mulut berbentuk lonceng. Dalam kompetisi, panjang dibatasi 121.92 cm (4 kaki) 
  1. Paintball marker : dibuat identik dengan ukuran paintball (.68 cal)
 Sumber: Wikipedia    


Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"

Ada Apa dengan Sumpit?

Anda pernah menggunakan sumpit / sumpitan / sipet /  blowgun / blowpipe? Barangkali ada yang belum tahu, sumpit yang dimaksud di sini adalah sebentuk pipa panjang yang digunakan untuk melontarkan proyektil berupa biji tanaman, tanah liat atau sejenis anak panah kecil dengan cara ditiup. Sumpit menggunakan kekuatan otot pernafasan (dada maupun perut) sebagai sumber tenaga, fungsi utama pada awalnya untuk berburu.

Sumpit dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia, terlihat dari cerita-cerita rakyat yang menceritakan penggunaannya sebagai alat berburu. Sumpit bahkan tergambar di salah satu relief candi Borobudur. Namun saat ini senjata tradisional tersebut dapat dikatakan hampir hilang eksistensinya. Kondisi ini terbalik 180 derajat dengan orang-orang di Jepang, Amerika Serikat, Perancis, Jerman dan Filipina yang sudah menjadikan sumpit sebagai sebuah olah raga prestasi.


Saat ini organisasi internasional yang menaungi olah raga ini bernama IFA (International Fukiyado Association) yang secara bersama-sama dengan organisasi tingkat nasional dari beberapa negara berusaha memasukkan sumpit sebagai cabang olah raga Olimpiade. Fukiya adalah istilah bahasa Jepang untuk sumpit/blowgun.



Bagaimana dengan masyarakat Indonesia? Penulis agak khawatir dengan fenomena yang kerap terjadi kalangan masyarakat Indonesia, yaitu lupa terhadap warisan tradisi (terdengar cukup familiar ya?). Begitu pula dengan sumpit. Berapa banyak orang Indonesia yang masih menggunakan sumpit sebagai alat berburu maupun untuk rekreasi / olah raga? Kapan terakhir menggunakan sumpit? Atau jangan-jangan belum pernah sama sekali mencoba sumpit?


Kami ingin mengajak peminat olah raga target untuk mengembalikan eksistensi sumpit di Nusantara, dan mengusulkan nama serta logo di atas. Bila ada pembaca yang tertarik untuk bergabung, kami sangat terbuka untuk berkorespondensi.
 
Salam
"Kembalikan eksistensi Tulup / Sumpit / Sipet / Kleput / Ultop di Indonesia"